Sejatinya celana dalam adalah benda yang paling tabah dan jujur. Dia tak pernah menyesali keberadaannya, biarpun dekat dengan yang najis dan mesum. Keadaan organ vital seperti apa pun, dia terima. Bila saja dia dapat bercerita, maka berjuta peristiwa yang paling rahasia akan terungkap. Tetapi dia tak akan melakukan buka-bukaan seperti itu karena dia setia dan tahu kode etik. Di tempat umum, yang lain boleh tanggal, tetapi dia adalah atribut yang tetap melekat dan tak akan mempermalukan majikannya.
Tentu karena celana dalam dan nodanya berbeda-beda, maka ceritanya pun beragam. Apakah itu cerita milik Poppy massage girl sang primadona, milik Ayu yang diperkosa, milik Maya bekas Ratu Kecantikan Indonesia, milik Fiera yang pasti bermerek ternama, atau milik Uun si preman tukang jagal, serta milik Kusmanto pengusaha kaya. Ada juga celana dalam pria yang suka menggoda.
Milik siapa? Untuk ini Anda perlu membacanya, karena majikannya memperbolehkan dia bercerita.
Nugroho Suksmanto (AR71) lahir di Semarang, 12 November 1952 diperbatasan kawasan Pendrikan dan Kampung Magersari. Ia menempuh pendidikan di SD Pendrikan Tengah III, SMP I, SMA I Semarang, meraih gelar insinyur dari Jurusan Arsitektur ITB, dan melanjutkan studi di University of Southern California, USA. Petualangan Celana Dalam adalah kumpulan cerpen pertamanya.
Buku-buku lain yang sudah ditulisnya diantaranya adalah :
Masih berhargakah nilai kesucian di jaman pergaulan bebas sekarang? Seorang perempuan dalam buku ini memaknainya dengan penuh keyakinan, walaupun kisah cintanya mesti bertemu dengan takdir yang tidak selalu berpihak pada yang benar.
Dalam Impian Perawan, sekelumit nostalgia petualangan kanak-kanak dan suasana saat sang ibu mangkat diceritakan Nugroho Suksmanto selain cerita di balik kejadian yang muncul dalam pemberitaan media massa.Tentang obsesi seorang artis yang ingin meraih posisi di panggung politik. Skandal utang yang menggoncang keuangan negara dan meruntuhkan sistem perbankan nasional. Cerita tragis gadis yang ingin menghindar dari praktek perdagangan perempuan. Harapan masyarakat Betawi yang bertahan di selatan setelah terpinggirkan oleh kehadiran budaya dan peradaban para pendatang yang menyerbu Jakarta. Serta rangkaian tragedi yang menimpa dunia seperti musibah kecelakaan pesawat yang menimpa adik ipar Penulis. Ia juga mengajak kita merenungi nasib dan perasaan perempuan yang dihadapkan pada pilihan yang harus dijalani, seperti menerima pilihan untuk dimadu atau pilihan untuk menjual "madu".
Renung di sini tidak bermaksud untuk mencari kebenaran, apalagi pembenaran, tapi untuk menggugah perasaan, agar kita dapat mengenali kelakuan yang menurut kacamata kebiasaan dianggap menyimpang. Dengan demikian, kita akan lebih arif dan kreatif dalam menyikapi pelbagai persoalan. Sedangkan canda dan kelakar dalam buku ini (sering dijumpai dalam pergaulan sehari-hari), tidak bermaksud meruntuhkan sakralitas sebuah agama, hanya untuk mencairkan suasana, agar kita tidak selalu dicekam oleh bayang-bayang tirani sebuah religi, yang kerap membuat kita jadi kerdil lantaran sempitnya wawasan.
Renung dan Canda bila digabungkan, akan melahirkan pikiran-pikiran jernih dan ringan saat kita melangkah menggapai kebahagiaan. Dan kebahagian itu, sejatinya adalah buah dari kemenangan. Kemenangan yang harus diperoleh dengan ”cinta” tidak dengan ”paksa” dan tak henti-hentinya diserukan para bilal saat mengumandangkan azan.
Buku ini menghendaki sikap yang positif dan hati yang lapang. Bila tidak, bisa jadi akan menuai hujatan yang hanya melahirkan sentimentalisme dan kebencian, buah dari kekalahan. Kekalahan yang telah menempatkan kaum muslimin hari ini ke dalam keterpurukan harus segera berubah menjadi kejayaan, sebagaimana kejayaan yang pernah termaktub dalam ”tinta emas” sejarah peradaban Islam. Sebuah peradaban yang amat kaya dengan kebajikan dan inovasi yang terilhami dari teladan Nabi, kiprah dan buah pemikiran para ulama dan kaum sufi.
Bagi yang bukan pemeluk Islam, renung dan canda ini diharapkan dapat mengubah pandangan, bahwa Islam ternyata dapat menghadirkan ”wajah malaikat” sebagai agama yang santun, ramah, bukan menampakkan ”wajah setan” yang beringas dan suka kekerasan, seperti yang mereka bayangkan selama ini.Bahasa puisi dan humor menyimpan 1001 pesan dan makna. Lebih dari itu, keduanya membuat hidup lebih sumringah dan tetap mengandung misteri untuk ditafsirkan. Humor dan canda juga menunjukkan kebugaran dan kekayaan jiwa yang mudah dijumpai di kalangan sufi, sehingga mereka bisa menertawai diri sendiri dengan cara yang arif dan cerdas seperti yang dilakukan Nugroho Suksmanto. (Komaruddin Hidayat, cendikiawan muslim)
Buku ini terbit dalam bentuk sampul lunak dan keras. Yang keras ada tambahan sebuah CD
Akhirnya buku ini terbit: L.A. Underlover, dan telah dilaunching di Ubud Writers and Readers Festival, Bali, 17 Oktober 2008. 3 dari lima penulis berada di sana: Budi Darma, Triyanto Triwikromo, dan Nugroho Suksmanto. Ini kumpulan cerpen dari lima penulis tentang orang-orang Indonesia di Los Angeles. Kami melakukan riset on-the-spot sekitar Maret tahun lalu di kota itu. Selamat membeli dan membaca bukunya!