Setelah merilis edisi pertama pada bulan Maret 2010, kini e-magazine arsitektur ruang hadir kembali pada edisi #2 dengan tema "arsitektur hijau".
Seringkali kita melihat, mendengar dan membicarakan arsitektur hijau. Kata “arsitektur hijau” menjadi sebuah padanan kata yang rasanya membumi dan bersikap ramah terhadap lingkungan. Sebenarnya, apa itu arsitektur hijau? Seberapa besar kita telah tenggelam dalam dunia arsitektur hijau? dan apa yang bisa dilakukan oleh arsitektur hijau untuk mengurangi beban lingkungan yang dialami bumi ini.
ruang #2 mencoba mengangkat tema arsitektur hijau, sebagai bagian dari kehidupan manusia yang berkelanjutan. Berbagai pandangan mengenai arsitektur hijau dikomunikasikan dan dikritisi dalam ruang #2. Arsitek Prasetyoadi Tiyok, Ridwan Kamil, Realrich Sjarief dan Ivan Nasution mencoba berbagi pandangannya mengenai arsitektur hijau pada edisi kali ini.
Simak pendapat beberapa alumni ITB, seperti Kusmayanto Kadiman, Triharyo Soesilo, Cardiyan HIS dan Dadang Kadarusman mengenai arsitektur hijau dan simak juga perbincangan dengan Pak Hiramsyah S. Thaib, Presiden Direktur dan CEO Bakrieland Development,mengenai perkembangan arsitektur hijau di Indonesia. Tak lupa, nikmati pula perjalanan Goris Mustaqim ke Kopenhagen, Denmark untuk merasakan dan mengalami ruang-ruang pada Green Lighthouse, gedung yang diklaim dengan emisi karbon netral pertama di dunia
Selain itu, ruang #2 menyajikan beberapa karya arsitektur yang dibangun dengan pendekatan ‘hijau’ seperti yang bisa dilihat pada bamboo house karya arsitek Budi Faisal atau Kawasan Gerbang Utara ITB karya PDW. Pengambilan fotografi yang apik pada Bamboo House oleh Andhang Trihamdani melengkapi kenyamanan dalam menikmati arsitektur.
Untuk membaca selengkapnya, dapat mengunduh ruang #2 (3.0 MB) dengan salah satu cara dibawah ini:
1. Meng-klik link berikut ini : (ruang #2)
2. Kunjungi web-blog ruang di http://www.akudanruang.wordpress.com/
Selamat mengapresiasi
ruang | kreativitas tanpa batas